Semua orang di dunia ini pasti mempunyai setidaknya satu aktivitas yang mereka gemari atau sukai. Ada yang gemar membaca komik, olahraga, mendengarkan musik, dan masih banyak lagi.
Jika saya ditanya apakah hobi saya, maka langsung akan saya jawab “nonton”. Entah itu menonton serial televisi atau film. Tapi saya sendiri tidak punya genre favorit. Tapi kalau ditanya apa genre yang tidak saya suka, maka jawabannya adalah horor. Mungkin bukan tidak suka, tapi bisa dihitung dengan jari jumlah film horor dari sekian banyak film yang sudah saya tonton.
Dua atau tiga bulan terakhir saya sudah menonton tiga film yang bertema luar angkasa: Interstellar (2014), Gravity (2013), dan yang terakhir The Martian (2015). Memang sangat terlambat sekali saya baru menonton Interstellar yang membuat saya kagum akan hal-hal tentang luar angkasa. Di film Interstellar saya diajarkan untuk membuat pilihan, dan pilihan tersebut tidak hanya menyangkut tentang diri kita sendiri tapi juga orang-orang di sekitar kita. Jadi kita tidak bisa egois dan seenaknya membuat pilihan karena setiap pilihan pasti akan ada hal yang harus dikorbankan. Dan ini saya jauh lebih terlambat lagi, Gravity yang memborong berbagai penghargaan bergengsi baru saya tonton dua tahun kemudian. Banyak hal yang dapat saya petik dari film Gravity. Salah satunya menurut saya adalah bahwa hidup akan berakhir di saat kita sudah tidak mau berjuang dan menyerah. Pada saat itu semua harapan putus dan kita tidak melakukan apa-apa.
Film terakhir yang saya tonton adalah The Martian. Saya awalnya tidak terlalu tertarik ketika melihat trailer film tersebut di youtube. Lalu tidak berapa lama kemudian, saya melihat salah satu tweet di timeline twitter saya yang kurang lebih mengatakan bahwa filmnya pasti akan bagus karena novel yang diadaptasi karya Andy Weir dengan judul yang sama pun memang sangat bagus. Karena saya orangnya mudah terpengaruh (dan menurut saya ini adalah kelemahan), akhirnya saya mulai mencari tahu tentang film ini.
Singkat kata akhirnya saya menonton film ini hari kamis lalu setelah menyesuaikan dengan jadwal kuliah yang mulai padat dan jadwal antar jemput adik.
Setting waktu The Martian adalah masa depan yaitu sekitar tahun 2030 di mana NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) dengan kru yang mereka kirim yaitu ARES III terdiri dari Mark Watney, (Matt Damon), Melissa Lewis (Jessica Chastain), Beth Johanssen (Kate Mara), Chris Beck (Sebastian Stan), dan Alex Vogel (Aksel Hennie). Melissa Lewis bertugas sebagai Komandan ARES III. Pada saat menjalankan misi mereka di Mars, terjadi badai besar di Mars dan salah satu astronot yaitu Mark Watney terlempar karena ada antena besar yang terbang terbawa badai dan mengenai dirinya. Jika astronot yang tersisa tetap tinggal di sana untuk mencari Watney, kemungkinan besar pesawat mereka akan terbalik dan mereka bisa ikut tidak selamat. Komandan Lewis akhirnya memutuskan untuk pergi dari Mars bersama anak buahnya.
Watney terbangun keesokan harinya dengan luka di bagian perut sebelah kirinya yang tertusuk bagian antena, tapi dia masih bisa bersyukur bahwa bagian antena tersebut menutup bagian dari kostum astronotnya yang bolong sehingga dia tidak kehabisan oksigen. Watney kembali ke Habitat (tempat tinggal kru ARES III selama di Mars) untuk mengobati dirinya sendiri. Dan dari situ dia sadar bahwa teman-temannya meninggalkannya sendirian di Mars. Kemudian dia memutar otak bagaimana cara bisa bertahan di suatu planet yang tidak bisa ditumbuhi tanaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Dari film yang berdurasi 141 menit ini, saya diajarkan banyak hal tentang kehidupan dan berikut yang bisa saya tangkap:
1. Belajar dengan serius saat di kelas maupun di luar kelas. Mengapa saya mengatakan itu? Mark Watney adalah seorang ahli botani. Dan keahliannya dia gunakan saat di Mars dengan menanam kentang dan salah satu komponennya adalah kotoran manusia (meskipun saya tidak tahu apakah benar-benar bisa tanaman ditanam dan tumbuh menggunakan kotoran manusia). Bayangkan jika selama di bangku kuliah dia hanya datang ke kelas, absen, tidur, kemudian pulang. Mungkin tidak terpikirkan olehnya untuk melakukan hal di atas (dan saya juga tidak yakin NASA akan merekrutnya kalau dia tidak benar-benar cerdas). Tidak ada ilmu yang tidak berguna.
2. Menghadapi masalah dengan tenang. Selama saya menonton The Martian, saya tidak pernah melihat Mark Watney panik ketika cobaan demi cobaan datang padanya. Memang dia beberapa kali terlihat sedih atau bahkan depresi, tapi dia mencoba untuk menutupi itu semua dengan sarkasmenya.
3. Jangan pernah putus asa dan menyerah. Jika saya yang ada di posisi Mark Watney saat itu, terdampar di suatu tempat yang benar-benar hanya dia penghuninya dan jarak dengan rumah sekitar 50 juta mile atau sekitar 80 juta km mungkin saya akan depresi. Tapi Mark Watney mencari cara bagaimana untuk setidaknya bertahan di Mars dan tidak kelaparan karena baru akan ada misi ke Mars 4 tahun kemudian. Dari sana dia mulai menanam kentang di tanah merah yang tidak bisa ditumbuhi tanaman dengan ilmu dan keahliannya sebagai ahli botani, lalu juga bagaimana bisa mendapatkan air di planet yang kering jika saya lihat dari foto-foto selama ini (tapi beberapa hari lalu NASA mengumumkan bahwa ada air di Mars!), dan berusaha untuk menghubungi NASA di Bumi.
4. Rasa kemanusiaan yang ternyata masih ada di antara kita. Rekan-rekan Watney di ARES III sudah berjarak sekitar beberapa bulan (saya lupa angka spesifiknya) menuju Bumi ketika Direktur Misi NASA memberitahu mereka bahwa Mark Watney masih hidup di Mars. Lalu dengan berbagai pilihan yang ada, akhirnya ARES III memutuskan untuk kembali ke Mars untuk menjemput Mark Watney. Bayangkan, demi satu orang mereka rela berpisah lebih lama dengan keluarga untuk kembali ke Mars dan perjalanan yang menurut sangat melelahkan dan penuh risiko, contohnya kehabisan bahan bakar. Tapi demi rekan mereka, akhirnya ARES III kembali ke Mars dengan supply makanan yang mana kerjasama antara NASA dengan China.
Bisa saya katakan bahwa The Martian adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton. Semua pemain memainkan perannya dengan sangat baik terutama untuk salah satu aktor kegemaran saya, Matt Damon. Dan tidak terkecuali untuk sang director Ridley Scott dan penulis novel The Martian yaitu Andy Weir. Saya menilai film ini 9.5/10.
No comments:
Post a Comment