Saturday, June 06, 2015

TUGAS KEWARGANEGARAAN 2015: TULISAN



Di era seperti sekarang ini, globalisasi merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Hampir seluruh negara di dunia terus-menerus beradaptasi dengan adanya globalisasi berkat semakin pesatnya kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi. Tapi masih ada negara yang memilih untuk mengisolasi diri, seperti Korea Utara. Globalisasi tidak akan bisa dipisahkan dengan “pengaruh asing”. Banyak Negara awalnya berusaha tetap menjaga Negara mereka dari fenomena globalisasi ini, namun karena semakin derasnya informasi dan kemajuan dari negara-negara lain, mau tak mau mereka harus bisa beradaptasi dan mulai mengikuti arus globalisasi supaya tidak tertinggal.
            Di Indonesia perdebatan mengenai dampak negatif dari globalisasi serta pengaruh dan dominasi asing semakin menghangat terutama mengenai pengaruh IMF dalam krisis ekonomi dan dominasi perusahaan-perusahaan asing pada industri-industri strategis seperti perbankan, telekomunikasi, pertambangan serta minyak dan gas bumi. Perdebatan juga semakin diperhangat dengan diskusi mengenai teori-teori konspirasi yang berkaitan dengan globalisasi ekonomi, yang antara lain dipicu oleh kontroversi buku Confessions of an Economic Hitman, karya John Perkins.
            Terlepas dari benar atau tidaknya klaim-klaim yang disebutkan dalam berbagai teori konspirasi tersebut, sejarah menunjukkan bahwa globalisasi memang memiliki sifat mengancam yang menakutkan. Dua kali perang dunia pada abad lalu dipicu oleh persaingan global untuk memperebutkan sumber daya ekonomi. Contoh paling mutakhir: pendudukan Amerika Serikat atas Irak yang telah berlangsung 4 tahun juga menunjukkan hal yang sama meskipun dibungkus dengan berbagai argumen.

            Namun demikian, suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi. Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik. Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang dilakukan kekuatan-kekuatan asing.

            Jepang menutup diri setelah misi dagang Eropa dipandang mulai melakukan aktifitas-aktiftas yang mengancam kepentingan nasional, namun 200 tahun kemudian pada pertengahan abad ke-19 sekelompok kecil kapal Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil memaksa Jepang yang ketinggalan jaman untuk membuka diri terhadap perdagangan global. Secara alamiah masyarakat memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, dan berkompetisi. Politik isolasi menghambat proses alamiah tersebut.
            Klise untuk diucapkan bahwa kunci sebenarnya bukanlah menghindari globalisasi namun mengelola tantangan yang dibawa oleh globalisasi. Namun memang demikian yang terjadi. Jelas terdapat banyak negara dan masyarakat yang hancur dan terbelenggu oleh dominasi asing yang dibawa oleh globalisasi, namun banyak juga yang dengan cerdik mengambil manfaat dan berhasil berjuang menghadapinya. Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Taiwan, misalnya, adalah negara-negara yang ‘dikuasai’ dan ‘dimanfaatkan’, kalau tidak bisa disebut sebagai sekutu oleh Amerika Serikat dan kekuatan barat lainnya. Namun negara-negara ini mampu memanfaatkan ‘kedekatan’ mereka dengan Amerika Serikat untuk membangun fondasi ekonomi dan teknologi yang solid untuk kepentingan mereka sendiri. Bandingkan dengan Indonesia, Pakistan dan Filipina misalnya, yang juga merupakan ‘sekutu’ Amerika Serikat dalam perang dingin, namun tetap mengalami kebangkrutan. Dominasi dan intervensi asing dalam berbagai aspek kehidupan di berbagai negara merupakan sesuatu yang secara alamiah pasti terjadi. Dan di banyak negara bentuk-bentuk intervensi tersebut bahkan mungkin jauh lebih tinggi intensitasnya.
            Jepang merupakan contoh yang sangat tepat. Menjadi musuh Amerika Serikat dalam Perang Dunia kedua, kalah, dijajah selama enam tahun, Jepang mampu menjadi superpower ekonomi dalam waktu cukup singkat. Pada tahun 1985 ketika Amerika Serikat merasa produk-produk otomotif Jepang mulai mengancam industrinya, Jepang dipaksa menerima Plaza Accord yang menaikkan nilai tukar Yen dan mengakibatkan harga produk-produk Jepang menjadi luar biasa mahal. Industri otomotif Jepang bereaksi dengan memindahkan pabrikasi mereka ke negara-negara lain (termasuk ke Amerika Serikat) dan memperkuat integrasi regional untuk menghindari biaya tinggi. Tidak sampai satu dekade kemudian Jepang justru berhasil mendominasi perekonomian Amerika, bahkan juga menguasai sektor-sektor yang strategis dan prestigius seperti properti, media dan hiburan.
            Contoh lain adalah China dan India. China tetap merupakan musuh ideologis Amerika Serikat, namun tidak menghalanginya untuk membangun diri menjadi superpower ekonomi yang baru. Sebagai sekutu dekat Uni Sovyet selama perang dingin, India jelas mengalami ‘pembalasan dendam’ setelah berakhirnya perang dingin yang dimenangkan Amerika Serikat. Namun hal tersebut tidak menghalangi India untuk mengembangkan industri teknologi informasi yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonominya.
            Pada industri minyak dan gas yang seringkali disebut sebagai contoh yang sangat relevan dalam hal penguasaan asing juga terdapat beberapa contoh di mana negara-negara berkembang mampu mengembangkan industri dan perusahaan nasionalnya di tengah tekanan globalisasi. Malaysia, Brazil dan Norwegia merupakan beberapa contoh negara yang mampu mempertahankan penguasaan mereka dalam industri minyak dan gas nasional dan bahkan mengembangkan perusahaan-perusahaan nasional mereka ke skala global dengan berupaya mengatasi tantangan-tantangan pasar bebas yang dipaksakan oleh proses globalisasi.
            Peringatan Kebangkitan Nasional ini seharusnya dapat dijadikan momentum untuk menyudahi polemik dan retorika anti pengaruh asing dan globalisasi. Globalisasi dan pengaruh asing sudah menjadi kekuatan alamiah yang mempengaruhi semua masyarakat di muka bumi, sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Pilihan yang tersedia hanyalah menghadapinya dengan cermat. Pengaruh asing dapat dianalogikan sebagai virus yang menakutkan, namun selama ketahanan nasional sebagai sistem kekebalan tubuh cukup kuat, virus tersebut seharusnya tidak menjadi kekuatan yang mengancam. Polemik dan retorika tidak membantu menciptakan daya saing yang diperlukan untuk terwujudnya Kebangkitan Nasional.
            Tidak perlu paranoid dan rendah diri. Indonesia beberapa kali pernah menelurkan gagasan-gagasan besar sebagai jawaban atas tantangan globalisasi. Indonesia merupakan negara pertama yang memproklamasikan kemerdekaannya setelah Perang Dunia kedua berakhir dan merupakan penggagas berdirinya Gerakan Non Blok pada masa perang dingin. Indonesia juga merupakan penggagas sistem bagi hasil dalam industri minyak dan gas sebagai alternatif terhadap sistem konsesi yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru. Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam implementasi gagasan-gagasan besar tersebut seharusnya dapat menjadi pemacu semangat dalam melakukan perencanaan strategi dan konsolidasi yang lebih baik dalam peningkatan kemampuan untuk menghadapi tantangan globalisasi.

daftar pustaka:
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&dn=20070525075833

No comments:

Post a Comment