ØImmoral manajemen
ØAmoral manajemen
ØMoral manajemen
ØAgama, filosofi, budaya dan hukum
ØLeadership
ØStrategi performance manajemen
ØKarakter individu
ØBudaya organisasi
A. Immoral Manajemen
- Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis.
- Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya.
- Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka.
B. Ammoral Manajemen
- Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral manajemen.
- Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat (amoral &
unintentional amoral manager). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
C. Moral Manajemen
- Tingkatan tertinggi dari
penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen.
- Dalam moral manajemen,
nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari
segala bentuk prilaku dan aktivitas
bisnisnya.
- Manajer yang termasuk dalam tipe
ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa
meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer
yang termasuk dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi
hanya jika bisnis yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar
etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk
mematuhi hukum yang berlaku.
D. Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum
- Agama, sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber dari agama. Agama berkorelasi kuat dengan moral.
- Filosofi, salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran filosofi. Ajaran filosofitersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang di#ariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu.- Budaya, referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai negara (Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas yang lebih besar.
- Hukum, adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas.
E. Leadership
2. Memiliki kemampuan yang membuat orang
lain merasa segan sehingga ketika berada dalam sebuah organisasi maupun
perusahaan ia pun disegani baik oleh rekan kerja maupun rekan bisnis.
3. Memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan
sehingga selain mampu menyelesaikan masalah juga tetap disegani oleh para
bawahan.
F. Strategi dan Performance Manajemen
- Compliance
Management: Pemenuhan atas semua aturan atau regulasi akan memberikan
suatu tekanan baru untuk mencari metoda-metoda yang lebih baik.- Profitability Management: Dorongan untuk mengelola biaya dan mengoptimalkan pendapatan akan lebih menajamkan fokus perhatian perusahaan terhadap peningkatan profitabilitas di perusahaan secara keseluruhan.
- Process Improvement: Perusahaan-perusahaan juga semakin dituntut untuk lebih fokus dalam menilai dan meningkatan proses-proses operasional yangtelah dimiliki, sebelum anda mengotomatisasikannya dengan menerapkan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) atau CRM (Customer Relationship Management).
- Cost
Management: Menghindari dan mengurangi biaya agar dapat memenuhi
persyaratan keuangan dan perusahaan seharusnya menjadi bagian dari proses operasional standar.
- Performance Improvement: Tujuan utama performance management adalah meningkatkan hasil-hasil bisnis.
- Business Innovation: Mentransformasikan atau menerapkan berbagai proses bisnis yang inovatif, agar dapat lebih kompetitif, seharusnya lebih diprioritaskan.
- Performance Improvement: Tujuan utama performance management adalah meningkatkan hasil-hasil bisnis.
- Business Innovation: Mentransformasikan atau menerapkan berbagai proses bisnis yang inovatif, agar dapat lebih kompetitif, seharusnya lebih diprioritaskan.
G. Karakter
Individu
- Setiap individu mempunyai
karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang dipengaruhi oleh
lingkungan.
Karakteristik bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan
faktor biologis maupun sosial
psikologis.
- Nature dan nurture
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu
dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.
- Karakteristik yang berhubungan
dengan perkembangan faktor biologis
cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
H. Budaya Organisasi
Berikut ini karakteristik Budaya
organisasi:
1. Inisiatif individual
Definisi
inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan
(freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki setiap individu
dalam berpendapat. Kelompok khususnya
pimpinan sebaiknya menghargai dan memang
perlu dihargai inisiatif individu dalam suatu organisasi selama ide dan
inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan mengembangkan organisasi atau
perusahaan.
2. Toleransi terhadap tindakan
Berisiko
Setiap
pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas-batas dalam
bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang
baik adalah sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para
pegawai dalam bertindak inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan
organisasi atau perusahaan serta mendorong untuk berani dalam mengambil risiko
terhadap apa yang akan dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan
dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat dengan jelas
sasaran dan harapan yang diinginkan. sasaran dan harapan tersebut haruslah
secara jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi).
Keadaan yang seperti ini akan memberikan pengaruh terhadap kinerja
organisasi/perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi
dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaandalam
memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau perusahaan untuk bekerja dengan terpimpin
atau terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan terkoordinasi dengan baik
dapat mendorong kualitas dan kuantitas
pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
5. Dukungan manajamen
Dukungan
manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang kemampuan tingkat manajer
dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi kepada karyawan.
Komunikasi tersebut harusnya dalam
bentuk dukungan, arahan ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan.
Dengan adanya dukungan manajemen yang komunikatif, sebuah perusahaan atau
organisasi dapat berjalan dengan mulus.
6. Kontrol
Kontrol
dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah peraturan atau norma yang digunakan dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sejumlah peraturan
dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan
dalam suatu organisasi.
7. Identitas
Identitas
dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu
organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu
kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau
keahlian profesional tertentu.
8. Sistem Imbalan
Sistem
imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti
pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya
haruslah berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat
tidak diperbolehkan atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas,
pilih kasih dan hal-hal lain yang berbau korupsi. Sistem imbalan dapat
memberikan boost atau dorongan terhadap prestasi kerja dan
memberikan peningkatan dalam perilaku
inovatif dan kerja maksimal sesuai keahlian dan kemampuan yang dimiliki
karyawan atau anggota dalam organisasi.
9. Toleransi Terhadap Publik
Dalam
budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering terjadi
dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan
sebagai upper management untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk
melakukan perbaikan serta perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Toleransi terhadap konflik harus dimediasi oleh pimpinan atau karyawan superior
sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling menyerang.
10. Pola komunikasi
Pola
komunikasi dalam perusahaan atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat
perkembangan organisasi karena tidak adanya hubungan emosional yang kental
terhadap bawahan dan atasan dalam organisasi. Ada lima pola kinerja komunikasi
yaitu personal, passion, sosial, organisasional politics, dan
enkulturasi.
SUMBER:
http://kartikasandiutami.blogspot.co.id/2015/11/tugas-2-model-etika-dalam-bisnis-sumber.html
http://marteen.dosen.narotama.ac.id/files/2011/04/ETIKA-BISNIS.ppt
http://cicilia_el.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/47462/Model+etika+dalam+bisnis,+sumber+nilai+etika+dan+faktor-faktor+yang+mempengaruhi+etika+manajerial.ppt
No comments:
Post a Comment