Hubungan
antara IBD (Ilmu Budaya Dasar) dengan Manajemen
Persinggungan antara ilmu budaya
dasar dan manajemen terutama terletak pada faktor manusia. Manajemen mencoba
mencapai tujuan dengan menggunakan orang lain, sementara ilmu budaya dasar
memberikan khazanah pengetahuan dasar yang berkaitan dengan bagaimana perilaku
manusia. Dengan memahami faktor manusia maka perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan dari tiap-tiap aktivitas manajemen dapat berjalan
dengan lebih lancar. Dalam manajemen manusia adalah faktor yang paling
menetukan. Manajemen sumber daya manusia mungkin adalah perkawinan dari kedua
cabang ilmu ini. Keduanya bukan merupakan ilmu pasti, yang mendasarkan diri dan
berkonsentrasi pada manusia sebagai subjek dan objek sekaligus dalam
menjalankan suatu bentuk kerja sama yang bisa jadi menghasilkan manfaat
ekonomi.
Titik berat manajemen selama ini
ialah mengenai manfaat materi atau yang bersifat bisnis, sementara di lain
sisi, ilmu budaya dasar memberikan arti dan makna dari suatu kerja/karya yang
dilakukan oleh manusia yang tak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan materi.
Semakin lama semakin disadari akan pentingnya mengintegrasikan antara
pengetahuan-pengetahuan dalam basic humanities dengan ilmu manajemen modern.
Istilah seperti "customer-centric", "patient-centric", atau
"user centric" ialah hasil dari penggabungan kedua ilmu itu pada
bisnis terkini.
Dari segi pengelolaan sumber daya
manusia sebagai faktor produksi di dalam manajemen, pengetahuan tentang manfaat
dan nilai-nilai keorganisasian yang tumbuh dalam pekerjaan, terutama bagi
mereka yang telah menghabiskan sekian waktu hidupnya bersama perusahaan, menjadi
bukan lagi hal yang intangible. Sentimen karyawan, kepuasan mereka, perasaan
ingin dihargai, lingkungan kerja yang kondusif, budaya kerja, semangat, dan
etos, adalah nilai-nilai yang nyata hadir di sebalik bangunan dan peralatan
fisik perusahaan, yang kesemuanya perlu dikelola dengan baik berbekal
pengetahuan dasar tentang sifat-sifat dasar perangai manusia.
Dalam pemasaran pun hal ini
diperlukan. Seseorang dengan bekal ilmu pasti yang terlalu tebal tanpa
sumbangan ilmu budaya dasar takkan sensitif untuk menangkap peluang pasar yang
dikemudikan oleh unsur-unsur budaya yang dapat diubah menjadi bisnis dan uang,
seperti pandangan tentang kemewahan, prestise, dan gaya hidup. Dalam pemasaran,
faktor-faktor ini, di samping faktor lain yang lebih bersifat logistik seperti jalur distribusi
dan biaya transportasi dan penggudangan, menjadi bahkan lebih penting. Nilai
suatu hasil produksi dapat meningkat jikalau eksploitasi akan ketidakrasionalan
pasar dan perilaku manusia diperdalam. Rokok misalnya, dapat menjadi produk
yang terdiferensiasi berdasarkan iklan dan kampanye akan dikesankan memiliki
unsur-unsur tertentu yang dianggap berkesan dan berkelas di masyarakat. Hal ini
membuat ilmu budaya dasar menjadi penting dan patut diperhatikan dalam
manajemen.
Sumber:
No comments:
Post a Comment